pasien malang



Film yang bersejarah... #uopooo

rima



Kuberi Sedikit Rima untuk Jurnal Kita

Kita berdua adalah pesakitan
Saling datang satu sama lain
Berjanji di sebuah persimpangan yang teduh
Di lingkaran basah reranting dan dedaun luruh
Sambil menatap kedalaman mata masing-masing
Yang sembab
Usai menangis
Namun ujung-ujung bibir kita menarik berlawan-lawan
Membentuk busur-busur senyum yang mengiris
Memanah jauh
Di pekuburan alam bawah sadarku yang paling dalam
Melepas sedikit belenggu sesal

Kita adalah petualang sayang
Selalu nyandu pada beranjak keluar
Berlari pada malam
Yang sama pekatnya dengan jelaga pabrik yang membelai rambutmu
Mencari kemungkinan-kemungkinan
Hingga selelah-lelahnya

Namun,
Tiap kali pertemuan mengajarkanku
Bahwa,
Kita adalah rumah bagi kita masing-masing
Yang ketika di dalamnya aku tak mau terjebak pada retorika kata-kata
Yang ketika lelah aku mampu mengadu sehabis-habisnya
Melepas memori-memori antah berantah
Menjinakkan rindu yang grogi dibelai pagi
Bahwa,
Hanya katup kelopak mata kita yang mengajarkan kita bermimpi
Bukan kelopak orang lain
Hanya gemerisik ujung jemari kita berdua yang benar-benar mengenal wajah kita
Sedangkan orang-orang hanya mengira-ira
Hanya bekas gurat air mata di ujung mata kita yang meringkas segala sesuatu tentang luka kita

Maukah engkau kembali mengucir rambutku yang berantakan sayang?
Sementara motor kita melaju, tempelkan dagumu yang lancip itu ke pundakku lagi
Hingga kita berdua dapat mendengar detak jantung masing-masing dengan lebih jelas
Dan berbisik mesra “I love you” pada masing-masing telinga
Temaniku lagi berjalan jauh menuntun shogun tua ku yang kehabisan bensin atau bocor ketika sial
Apakah engkau lelah perempuanku?
Kalau sudah lelah berjalan boleh lah kita duduk dulu menikmati dinginnya malam sembari bercanda tentang kaki-kaki kurusmu
Atau saling meminumkan seteguk rindu
Tapi, aku tahu engkau perempuan kuat
“sudah biasa jalan jauh” katamu, aku ingin menambahi “mungkin bukan hanya jauh, tapi juga menanjak dan terjal”
Aku ingin menangis ketika mendengarnya, entah kenapa yang keluar hanya seuntai tawa.